Kontemplasi di Gereja Tua Sikka & Bukit Nilo Maumere
Gerbang Masuk Kampung Sikka - Maumere |
Sehari setelah mendarat di Maumere, ditemani oleh jeng Fatima, pelajar SMK yang sedang magang di Floressa, gw udah nyusun wishlist panjang mengenai tempat - tempat bersejarah di Maumere. Sebagai salah satu kota dengan nuansa religi Katolik yang kental, sebagaian besar tempat bersejarah di Maumere adalah Gereja dan monumen Katolik.
GEREJA TUA SIKKA, TUJUH ABAD BERDIRI TETAP
Nama aslinya adalah Gereja Santo Ignatius Loyola, merupakan gereja yang dibangun pada abad ke 14 dengan pengaruh kebudayaan Portugis. Lokasinya di desa Sikka sekitar satu jam bermotor santai dai tengah kota Maumere. Setelah berputar dan agak nyasar, akhirnya dengan bantuan GPS (Gunakan Penduduk Sekitar hahaha), gw dan Fatima sampai di depan gerbang menuju gereja.Pas di tepi pantai yang mengarah ke Laut Sawu. Angin dan suara ombak dari tepi pantai manggil-manggil gw untuk berhenti sejenak. Tarik napas, hembuskan... dan stretching pantat setelah hampir sejam motoran. Selamat datang di Gereja Sikka!
Tampak Depan Gereja Sikka & Kapel Tuan Senhor |
Sesampainya di halaman gereja, saya masuk ke kantor Pastoral untuk minta ijin masuk karena hari itu bukanlah hari Minggu. Seorang calon Pastor muda menemani kami masuk dan menjelaskan mengenai sejarah Gereja Sikka. Di depan pintu masuk, terpampang sebait kalimat dalam bahasa Sikka :
"Sawe - Sawe Potat Dese, Poi Tuhan Gera Hude"
Terjemahan bebasnya dalam bahasa Indonesia : Segala sesuatu akan berlalu namun hanya Tuhan yang tinggal tetap. Terjemahan ini begitu relevan dengan gereja Sikka yang udah berdiri lebih dari tujuh abad lamanya. Menyaksikan berbagai jaman mulai dari penjelajahan hingga zaman modern. Wujud Gereja Sikka yang sekarang memang bukan dari awal mulai berdiri, namun sudah melewati berkali-kali renovasi. Namun posisi dan struktur utama bangunan tetap dipertahankan. Yang tak terduga ternyata Antonius Dijkman, sang arsitek Katedral Jakarta sumbang desain untuk pembaharuan gereja ini.
Suasana Altar Gereja Sikka |
Ketika masuk ke dalam gereja, aura magis begitu kental terasa. Tingkap atap tinggi menjulang, mimbar dan meja perjamuan, patung-patung para orang suci, bangku kayu panjang dan ornamen khas Sikka memenuhi bagian dalam gereja ini. Posisinya tepat di tepi pantai sehingga debur ombak laut Sawu dan cicit burung pun masuk terdengar, menambah suasana syahdu dan religius. Semua masih asli, mungkin hanya sedikit perbaikan untuk mengganti kayu yang rusak, kaca yang pecah dan cat terkelupas. Lukisan jalan Salib pun memenuhi dinding gereja sebagai sebuah perenungan. Saya pun duduk di barisan depan bangku kayu, mengambil saat teduh, dan memanjatkan do'a mengucap syukur. Sungguh berkat Tuhan luar biasa, waktu dan rezeki yang Dia berikan untuk bisa datang ke rumahNya yang megah ini. Tak lupa saya mengucap terima kasih pada Tuhan atas tanah Nusa Tenggara yang terberkati ini, terima kasih menurunkan sekeping surga seindah Nusa Tenggara dan Sikka.
Di sebelah gereja utama, terdapat kapel kecil Tuan Senhor yang berisikan patung salib Yesus. Bagi masyarakat Sikka, semua relik di dalam kapel ini adalah relik suci yang hanya bisa dilihat ketika Paskah. Jika di Larantuka ada ritual Semana Santa, tak ketinggalan ada prosesi Tuan Senhor di tanah Sikka. Relik Tuan Senhor dipercaya dibawa langsung oleh Raja Sikka pertama, Raja Don da Silva, dari Malaka.
Kapel Tuan Senhor |
Lukisan orang suci di dinding dalam kapel |
Relik Tuan Senhor (Foto dengan Ijin Pastoral Sikka) |
Selesai mengagumi indahnya gereja tua Sikka, saya pun berkeliling ke halaman luar. Tepat di sebelah kanan gereja, ada pekuburan para tetua dan anggota pastoral Sikka. Sedikit berjalan ke arah pantai, terdapat replika rumah Raja Sikka yang sayang sekali sudah hampir roboh karena tidak dirawat dan pekuburan para anggota keluarga kerajaan Sikka dari klan Da Silva. Jadi kalau ketemu orang Maumere dengan nama belakang "da Silva", besar kemungkinan mereka ada turunan klan kerajaan. Ada sekelompok pengrajin kain tenun Maumere di pekarangan gereja, namun waktu yang terbatas karena harus menuju Bukit Nilo, membuat saya menunda belajar tenun Sikka.
Replika Rumah Raja Sikka |
Waktu sudah menunjukkan pukul dua siang, waktunya saya bergegas menuju Bukit Doa : Bukit Nilo
Ukiran Jalan Salib di Nilo |
Taman dengan tempat duduk untuk berdoa dan merenung |
Beneran, mengunjungi Maumere membuat hati dan pikiran saya lebih tenang dengan rasa syukur lebih banyak. Sekalipun saya ke sini dengan posisi jobless namun rasa khawatir seakan - akan terangkat mengingat berkat Tuhan yang begitu banyaknya buat saya.
Komentar
Posting Komentar
Hai terimakasih udah blogwalking ke sini. Let me know your opinion here. Cheers :)